Aku Melihat Mayat-Mayat Bergoyang dari Saat ke Saat

Taufik Ismail

Aku berdiri di tepi jalan raya kota besar
yang lalulintasnya padat
Dan aku melihat mayat-mayat.
Aku berdiri di pinggiran kota kecil
di manapun tempat
Dan aku melihat mayat-mayat
Aku berdiri di pesisir
ketika ombak berpacu dengan cepat
Dan aku melihat mayat-mayat.
Setiap sepuluh meter ke kiri
setiap sepuluh meter ke kanan,
setiap sepuluh meter ke depan,
setiap sepuluh meter ke belakang,
di pusat belanja, di jalan raya,
di rumah sakit, di rumah sehat,
Aku bertemu mayat-mayat.
Mayat-mayat itu belum masuk ke liang lahat
Mayat-mayat itu berdiri bergoyang-goyang
dari saat ke saat
Kebanyakan muda-muda,
belasan tahun dan
dua puluh tahunan itu mayat.
Mayat-mayat anak bangsa yang dicengkeram madat.
Mayat-mayat yang berdiri bergoyang dari saat ke saat
Mereka masih hidup tapi sudah mayat.
Dicengkeram madat.
Heroin, kokain, sabu, ekstasi,
marijuana cair, serbuk dan padat.
Yang disebarkan oleh bandar-bandar amat keparat.
Yang dimodali oleh cukong-cukong betapa laknat.
Yang dibekingi orang-orang bersenjata dan berpangkat.
Aku dikerubungi anak-anak muda,
yang sudah hampir mayat.
Tapi masih bernafas satu-satu, sesaat-sesaat.
Ada yang sakau, ada yang si tepi tebing sekarat.
Aku pandangi satu-satu, mereka yang sakit berat.
Mungkin ada anakku, keponakanku, tetangga RT-ku,
atau saudaramu yang dapat kuingat.
Lihat mata mereka yang kosong
dari cahaya terhambat.
Lihat tubuh yang kurus, tulang berliput jangat.
Lihat mereka yang sakau, menggelepar dan menggeliat.
Seperti adiksi alkohol, adiksi rokok,
ketagihan ini luar biasa berat.
Berkata seorang dari mereka,
"Oom, mintakan maaf
pada papa dan mama yang mengusir saya.
Bulan depan saya selamanya berangkat."
Seorang lagi begini mengucap,
"Pakde, kok saya jadi begini.
Tahun depan barangkali umur saya tammat."
Air mataku tak bisa kuhambat.
Nafasku terasa tersumbat.
Dari jurang kehancuran, anak bangsa ini mari kita angkat.
Ini tugas luar biasa berat.
Inipun kini, kita sudah terlambat.
Wahai orang yang memegang senjata
Berhentilah membekingi  bandar dan cukong
yang jelas-jelas laknat.
Wahai orang-orang berpangkat,
berhentilah menerima suap,
gunakan pangkat untuk membela anak-anak bangsa
sebelum sangat terlambat.
Para bandar dan cukong, di dalam dan di manca negara,
siap-siap kalian masuk kobaran api sebesar gunung,
di liang lahat,
panas tersangat gawat.
Dari jurang kehancuran,
anak-anak bangsa ini mari kita angkat.
Sungguh ini tugas luar biasa berat.

7 Juni 2003.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Mengatur Mapel Agama di E-Rapor

osis smkmw

TEMA MATERI PELAYANAN BK