Mempersiapkan Masa Tua
Tulisan ini bukan dimaksudkan menggurui semua orang,tetapi semata untuk konsumsi diri saya sendiri. Apabila kemudian saya publikasikan hanya untuk kenangan dan mengingatkan saya apabila dimasa tua saya masih bisa membaca.
Semua orang akan mengalami masa tua. Yang saya maksudkan adalah masa dimana kita tidak lagi produktif dan mandiri tetapi sudah mulai tergantung pada orang lain yaitu biasanya kepada anak-anak kita.
Pada umumnya yang menjadi perhatian para calon orangtua dalam mempersiapkan diri menuju masa tuanya adalah persiapan yang berkaitan dengan materi/harta dengan harapan nantinya tidak membebani anak yang akan mengasuh mereka. Bukannya salah, tetapi ada hal yang lebih penting selain persiapan materi yaitu persiapan mental dan kepribadian.
Menurut saya kepribadian menempati urutan pertama sebelum materi/harta. Banyak orangtua yang merasa tidak bahagia dimasa tuanya padahal mereka sudah berbagi harta kepada anak-anaknya. Ada saja masalah atau keluhan-keluhan bagi anak yang mendapat bagian mengurus orangtuanya. Tentu ini berdampak pada orangtua yang diurusnya. Ini membuktikan bahwa materi bukanlah faktor utama dalam manapaki masatua.
Keluhan yang diucapkan biasanya bukan karena kurangnya bagian yang diterima, tetapi semata bersumber pada sikap dan tutur kata dari sang orangtua terhadap mereka. Mengapa kebanyakan orangtua tetap bersikap dan bertuturkata sebagaimana mereka masih menjadi orangtua yang perkasa yang anak-anaknya belum dewasa dan belum berumahtangga. Hal inilah yang menjadi fokus masalah yang akan saya bahas pada kesempatan ini.
Jadi sekali lagi sumber masalah bukan dari anak yang mengurus orantua tetapi dari orangtua yang diurusnya. Untuk itu para calon orangtua harus belajar mengubah cara berikir tentang anak ketika anak-anaknya mulai berumah tangga. Yang tadinya suka memaksakan kehendak kepada anaknya, jangan lagi ketika anaknya telah berumahtangga. Yang tadinya suka memarahi anak, jangan lagi. Yang suka memanjakan dengan pemberian, jangan lagi kecuali anaknya minta bantuan. Yang suka over protected, biarkan mereka belajar mandiri. Intinya jangan lagi kita merasa berkuasa apalagi mengungkit jasa-jasa yang telah kita berikan. Hormatilah mereka sebagaimana selayaknya menghormati orang lain.
Ketika kita telah menjadi lemah menurutlah kepada anak-anak kita ( tentu anak-anak yang telah kita didik dan sekolahkan dengan baik). Misalnya tentang apa yang kita makan. Kalau anak telah mempersiapkan makanan, makanlah dengan rasa syukur kepada Tuhan yang telah menyediakan makanan melalui anak kita. Janganlah menuntut makanan kesukaan kita karena makanan itu belum tentu cocok dengan keadaan kita saat itu. Kalau anak membelikan sebuah baju,pakailah dengan penuh kesukaan. Bermainlah dengan cucu-cucu kita, peliharalah tanaman bunga dihalaman rumah karena hal itu membuat parasaan kita menjadi senang. Dengan demikian anak-anak kita tidak terbebani dengan sikap dan cara berbicara kita. Mudah mudahan mereka akan dengan suka cita mengurus kita.
Inilah harapan dan angan-angan saya untuk menapaki masatua yang tidak lama lagi akan datang. Kiranya Tuhan menyertai saya sehingga saya boleh lulus dengan nilai cumlaude. Ketika lahir kita lemah, ketika berumahtangga kita belajar menjadi perkasa tetapi kemudian menjadi lemah lagi ketika menjadi tua.
Penulis Yonathan Hartono
Comments
Post a Comment